.

Pagi di desa

Written by on ,
Pagi di desa

Kembali saya ada di desa, pulang kampung dalam rangka "ndherekaken tindake Bapak" sang pembuat tongkerok atau tongkat kerokan, yang pernah saya posting di sini.
Kesan pertama kalau siang panas, angin debu. Langsung saja mata terasa ngganjel karena berkali kali kelilipan, Namun panasnya terasa beda, tidak lembab, hanya panas karena memang pemanasaan dari sinar maatahari dana didukung lingkungan yang cenderung kering karena jarang hujan.



Bedanya lagi dengan kota rantau saya Balikpapan adalah panas di kampung saya ini hanya terasa di siang hari. Dengan berlalunya siang menuju malam, suhu udara cenderung turun dan terasa lebih dingin. Bahkan saya santai saja tidur tanpa kipas. Suhu malam yang lebih dingin ini juga ditunjang karena rumah tanpa plafon, langsung ketemu genting, ciri khas rumah kampung ya, tapi beda sekali rasanya, udara memang lebih segar daripada rumah berflafon dengan sedikit ventilasi. Ini jadi pertimbangan penting kalau mau mau buat rumah lagi nanti, semoga diberi rejeki untuk bisa bangun rumah lagi...Amin.

No comments:

Post a Comment

.