HIIT sebagai tambahan menu latihan

HIIT sebagai tambahan menu latihan mungkin bisa dijalankan untuk variasi latihan, kan bisa saja saat rutin menjalankan latihan lari ternyata dilanda kebosanan. Selain untuk menghindari kebosanan dapat pula memberi variasi latihan bagi tubuh sehingga tubuh akan masuk ke kondisi tidak biasa, karena latihan yang rutin yang itu itu saja tanpa variasi tentunya bisa membuat tubuh terbiasa dengan latihan itu dan menjadikan latihan tidak lagi terasa berat bagi tubuh, itu karena tubuh manusia sangat mampu menyesuaikan diri.

HIIT yang saya lakukan terpantau denyut nadi paling rendah sekitar 65 dan denyut paling tinggi sekitar 75, susah bagi saya untuk menaikkan denyut nadi dari latihan HIIT ini tanpa adanya aerobic workout, karena aerobic workout yang saya jalankan yaitu lari biasanya pada denyut nadi 100-110. Sebagai perbandingan kalau istri saya sedang melakukan HIIT saya pernah cek denyut nadi sekitar 80. Kalau saya biasanya 80 itu pada saat siap siap mau running. Sehingga benar saja kalau HIIT yang saya jalankan ini pada saat latihan memang tidak banyak memakan kalori, hal ini karena HIIT lebih banyak menggunakan cadangan kalori dari glikogen otot (lihat disini tentang bahasan Hirarki Sumber Energi, sehingga memang cocok sekali kalau HIIT ini digunakan untuk Depletion Workout untuk menguras glikogen dulu sebelum masuk ke aerobic training, sehingga pembakaran lemak lebih cepat tercapai. Namun di sisi lain HIIT akan memberikan efek pembentukan otot yang tentunya otot yang telah terbentuk juga akan membantu membakar lemak walaupun dalam kondisi istirahat.

Dari sini saya menyimpulkan latihan HIIT akan saya masukkan dalam menu olah raga saya dalam 2-3 kali setiap minggu sebagai menu tambahan yang mengisi jeda saya latihan running, karena laithan HIIT secara signifikan terasa bisa mengurangi timbunan lemak karena tingginya metabolisme after exercise, dan secara laithan ini bagi saya sebagai strength training tambahan yang tidak dapat saya penuhi dari running.